"All grown-ups were once children… but only few of them remember it.” ― Antoine de Saint-Exupéry
Post ini sedikit panjang sehingga saya membuatkan TLDR pada bagian paling bawah post.
Beberapa hari yang lalu, saya baru saja menyelesaikan sebuah buku. Saya mencari di daftar buku yang (pernah) ingin saya baca. Saya memutuskan untuk mencari genre selain fantasi, psikologi, dan detektif. Pilihan saya jatuh kepada buku klasik, Max Havelaar. Buku ini sudah saya tahu sejak duduk di bangku sekolah dasar dan sudah beberapa tahun masuk daftar buku untuk dibaca.
Saya mulai membaca Max Havelaar karangan Multatuli (Eduard Douwes Dekker). Pada kata pengantar, saya mendapati komentar Pramudya Ananta Toer tentang efek buku ini kepada perjuangan kemerdekaan Indonesia dan negara-negara Afrika. Komentar tersebut kurang lebih seperti di link Max Havelaar. Saya langsung tertarik sejak membaca pendahuluan dan makin tertarik setelah membaca bab pertama. Pada bagian “Pengantar Penerbit” terdapat informasi bahwa Max Havelaar terbit pada 1960.
Saya membaca buku ini cukup santai, 1 bab per hari. Setelah membaca beberapa bab awal, saya merasa tidak salah memilih buku dan makin menikmati buku ini. Tiba-tiba sesuatu muncul di kepala saya.
Max Havelaar terbit tahun 1860, efeknya secara langsung adalah politik balas budi, itu bikin Indonesia merdeka, trus efeknya sampai ke Afrika. Jadi penasaran dengan timeline-nya
Saya, seperti kebanyakan orang, mempunyai beberapa memori yang sudah saya ingat sejak belasan tahun yang lalu. Salah satu contohnya adalah :
Pendiri Indische Partij adalah Ki Hajar Dewantara, Suwardi Suryaningrat, dan Edward Douwes Dekker. Edward Douwes Dekker adalah pengarang Max Havelaar dengan nama pena Multatuli.
Saya pun mendapat tamparan keras. Ingatan yang sudah belasan tahun mengendap di otak tersebut ternyata salah. Dalam 2 kalimat, saya mendapatkan kesalahan yang cukup fatal. Berikut hasil googling saya secara singkat.
Aaaaaaaaaaaargh. –> 10 kali
Tamparan yang sangat sakit ketika ingatan berharga yang sudah belasan tahun ada di otak ternyata salah. Saya tidak tahu apakah kesalahan ingatan tersebut akibat buku pelajaran yang salah ataukah saya yang salah menyimpulkan. Begini kira-kira proses berpikir saya dulu.
Premis 1 : Pendiri Indische Partij adalah Douwes Dekker.
Premis 2 : Pengarang Max Havelaar adalah Multatuli
Premis 3 : Multatuli adalah Edward Douwes Dekker
Kesimpulan : Pendiri Indische Partij adalah Edward Douwes Dekker –> SALAH
Saatnya memperbaiki informasi yang salah di otak. Saya masih harus banyak belajar, terutama sejarah bangsa saya sendiri. Mohon infonya apabila ada kesalahan dalam post ini.
NB : Tulisan ini saya buat agar memori belasan tahun tersebut lebih mudah ditimpa. Untuk sumber, saya hanya menyertakan wikipedia karena saya tidak cukup tahu website kredibel untuk sejarah Indonesia.
TLDR : Pengarang buku Max Havelaar adalah Edward Douwes Dekker dengan menggunakan nama pena Multatuli. Salah satu pendiri Indische Partij adalah Ernest F.E. Douwes Dekker atau Danudirja Setiabudi. Edward Douwes Dekker adalah saudara dari kakeknya Ernest Douwes Dekker. Multatuli bukannlah pendiri Indische Partij. Danudirja Setiabudi adalah pahlawan nasional. Max Havelaar buku yang wajib dibaca.